EKRAF, Jakarta – Apa hubungan Kemenekraf dengan biro jodoh? Bagi Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar, ada hubungan antar keduanya.
“”Singkat kata, (Kementerian) Ekraf adalah matchmaking agency atau biro jodoh, karena dengan jodoh yang benar atau jodohnya tepat itu bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik,” kata Irene dalam Konferensi Nasional bertajuk Peningkatan Nilai Tambah Ragam Keunggulan Daerah melalui Sinergi Hilirisasi Agrikultur, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif untuk Mendukung Pendalaman Pasar Sektor Jasa Keuangan yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Hotel DoubleTree by Hilton, Jakarta pada Senin (28/4) lalu.
Yang dimaksud dengan biro jodoh oleh Irene adalah mempertemukan mempertemukan pelaku ekonomi kreatif dengan pihak pendukung yang tepat. Dengan begitu, cara ini diharapkan mendorong perubahan positif dalam ekosistem kreatif nasional.
Fokus tahun pertama
Irene menegaskan, pada tahun pertama pemerintahan ini, Kemenekraf akan fokus membangun fondasi yang kuat. Salah satunya adalah pembuatan kebijakan dan pelaksanaan pelatihan seperti Financial Management One on One untuk mendukung pengelolaan keuangan para pelaku ekraf.
Hal ini sejalan dengan Asta Cita ketiga yaitu mendorong penciptaan lapangan kerja berkualitas, mengembangkan industri kreatif, serta memperkuat infrastruktur nasional.
Baca juga:
Dengan demikian, Kemenekraf berperan sebagai subject matter expert dalam merumuskan kebijakan berbasis kondisi riil industri melalui pendekatan hexahelix.
Kebijakan semacam ini yang melibatkan Otoritas Jasa Keuangan sudah terwujud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif dan Surat Edaran OJK Nomor S-12/D.03/2022. Melalui Peraturan Pemerintah dan Surat Edaran OJK itu, para pelaku ekonomi kreatif dapat menggunakan skema agunan berbasis Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property (IP).
The new engine of growth
“Ekonomi kreatif kini dipercaya sebagai the new engine of growth atau mesin baru pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harapannya, perkembangan ini bisa semakin mengakar dari daerah,” ujar Irene.
Hal ini terbukti dari sejumlah data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemenkraf. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional melonjak, dari Rp 700 triliun pada 2013 menjadi lebih dari Rp 1.500 triliun pada 2024.
Selain itu, jumlah lapangan kerja di sektor ekonomi kreatif juga meningkat. Pada tahun 2013 lapangan kerja mencapai 14 juta. Berselang 11 tahun, lapangan kerja menjadi 26,47 juta. Tren yang sama juga ditemukan pada data nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD 25,10 miliar pada tahun 2024. Padahal, data tahun 2013 hanya bernilai USD 15 miliar.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Pengembangan Akses Pendanaan, Pembiayaan, dan Investasi Kemenekraf Anggara Hayun Anujuprana mendampingi Irene. Sedangkan narasumber lain yang hadir dalam konferensi ini antara lain CEO PT Benson Kapital Indonesia Ben Soebiakto, Ketua Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) Marcel Siahaan, dan CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.***
Sumber & foto: Kemenekraf.